Selasa, 22 April 2008

Memanfaatkan Tuhan

Sebelumnya saya minta maaf, judul di atas terdengar agak kasar. Maksud judul di atas, saya hanya ingin menggambarkan bagaimana sifat manusia yang selalu meminta pada Tuhan untuk memenuhi semua keinginannya, memerintah Tuhan untuk mengabulkan segala permohonannya, tanpa mempedulikan orang lain. Semua isi do’anya hanya untuk kepentingan dirinya.

Untuk lebih memahami judul di atas saya akan mengutip sebuah cerita:

Sang Juara

Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak semi final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk semi final. Di banding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintsan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya.

Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdo’a. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan do’a. lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”.

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo.. ayo.. cepat.. cepat, maju- maju”, begitu teriak mereka. Ahha.. sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finis pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. “Terima kasih”.

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya, “Hay jagoan, kamu pasti tadi berdo’a kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Mark terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan”, kata Mark.

Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah”. Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.

Renungan:

Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan disbanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdo’a untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdo’a, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin telah banyak waktu yang kita lakukan untu berdo’a pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdo’a pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukan kah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya?

Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidapn ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang maguji setiap hamba-Nya yang shaleh (adapted from irfan-seeds)

Sumber: MOTIVASI NET oleh Ir. Andi Marzuki, SH,MT.

Ucapan terima kasih buat agus "Slankers" yang sudah menunjukkan saya cerita di atas, dan saya terbangun dari keegoisan isi do'a yang saya panjatkan selama ini. Tuhan maafkan hamba-Mu.

Tidak ada komentar: