Sabtu, 29 Maret 2008

Cinta tanpa sebab = Cinta buta?

(Tulisan saya ini ditujukan buat teman-teman yang memang serius untuk mencinta seseorang dan siap untuk menikahinya, maaf, bukan pacaran. Sebenarnya saya tidak ingin lagi membahas masalah cinta, seperti yang pernah saya katakan, “udah basi”, tapi…). Beberapa hari yang lalu saya pernah ditanya oleh salah seorang teman saya, saya sebutkan saja namanya.. Namanya mbak Sari (Thank’s buat mbak Sari atas pertanyaannya, beliau ini teman satu kelas saya di Fakultas Psikologi). Pertanyaannya seperti ini:

“Ini cinta tanpa sebab sama saja dengan cinta buta, iya kan?”

Peratanyaan yang bagus, dan cukup membuat saya berpikir lagi tentang pendapat saya mengenai “cinta tanpa sebab”. Sebenarnya saya bukan ingin membuat cinta itu buta, tapi saya ingin mendefinisikan cinta yang tulus itu seperti apa.

Dalam tulisan saya “Beauty and the beast” saya mencontohkan pertanyaan seorang teman saya, ketika itu saya ditanyakan apakah kamu masih bisa menerima bila orang yang kita sukai ga perawan lagi?

Terkadang cinta memang harus buta, harus buta ketika ingin melihat masa lalu dan setiap kekurangan yang ada pada orang yang kita cintai. Ketika kita mencintai seseorang kita harus bisa melihat dia di masa sekarang bukan masa lalunya, sejelek apa pun dia di masa lalu dan dia bisa bertobat, tentunya kita harus bisa menerimanya.

Mungkin pembahasanya di atas baru satu bagian saja, yaitu menerima orang yang kita cintai apa adanya dia sekarang.

Dan untuk lebih fokusnya saya akan membahas satu persatu sebab mengapa kita mencintai dan dicintai seseorang (saya akan mencoba menghilangkan sebab itu satu per satu, dan kita bisa mencintai seseorang tanpa sebab), disebutkan ada 4 sebab, antara lain:

  • Kecantikan/tampan
  • Kekayaan
  • Keturanan baik-baik
  • Agama

Pertama, kecantikan/tampan

Maaf untuk sebab yang pertama ini saya katakan:

Tidak ada orang yang tidak menyukai keindahan. Tuhan saja suka pada keindahan. Tapi apa sama mata kita dengan Mata Tuhan? Dalam melihat kita cenderung mendahulukan hawa nafsu, Tuhan melihat semua yang diciptakan-Nya indah dan sempurna”.

Saya katakan lagi:

“Saya tidak pernah melihat cewek atau cowok yang paling bodoh, maaf saya ulangi, cewek atau cowok yang paling bodoh ketika dia menyukai seseorang hanya karena keindahan fisiknya (tolong kata ‘hanya karena’ digaris bawahi). Bukan berarti kita ga boleh menyukai orang yang cantik/tampan, tapi ketika ada orang yang mengutamakannya, saya katakan dia orang paling bodoh”.

Di setiap ciptaan Tuhan ada kelebihan, jangan jadikan cinta hanya sebatas fisik. Beberapa hari yang lalu teman saya pernah bercerita (sekedar tahu saja, teman saya ini orangnya tampan, kenapa saya katakan deminkia, ya.. cewek yang suka sama dia banyak, meskipun ini bukan menjadi tolak ukur). Dia bercerita seperti ini:

“Saya pernah bertanya pada setiap cewek yang menyukai saya, saya bertanya seperti ini: apa yang menyebabkan kamu suka sama saya. Cewek itu bilang: mata kamu bagus”.

Saya katakan:

“Kalau cewek itu suka sama mata kamu, kasi saja mata kamu sama mereka”.

(cerita di atas memang mirip dengan cerita seorang sufi, saya lupa, tapi saya pernah baca ceritanya).

Saya bukan bermaksud menyinggung cewek yang menyukai teman saya itu, maksud saya begini, kalau saya bertanya pada mereka seperti ini:

“Ketika mata cowok yang kamu sukai itu hilang (Na’udzubilahi min dzalik, saya bukan bermaksud berdo’a untuk kejelekan, tapi setiap kemungkinan bisa terjadi), misalnya karena kecelakan atau sebab lain atau dia tiba-tiba buta, apa kamu masih menyukainya?”

Atau saya ingin bertanya pada cowok yang menyukai cewek yang cantik:

“Ketika wajah yang indah itu diambil oleh Tuhan, masihkah kamu mencintainya?”

Semua adalah milik Tuhan dan Tuhan berhak mengambilnya kapan saja. Pesan saya: jangan pernah mendahulukan fisik mencintai seseorang agar tidak kecewa, setiap saat Tuhan bisa mengambilnya.

Ke-dua, Kekayaan

(Pembahasan ini ketika anda menyukai seseorang hanya karena dia kaya). Saya pernah mendengar salah seorang teman saya mengatakan:

“Kalau mau kaya dan ga melarat, nikahi orang kaya. Jangan munafik, kita bukan matre, tapi kita bicara yang masuk akal saja, perut ga bisa diisi dengan cinta”.

Pernyataan yang masuk akal dan bisa diterima, dan saya setuju. Tapi kita lihat dulu, dia itu kaya karena bapaknya atau kaya dengan usaha sendiri?

Nah, kalau dia kaya karena bapaknya, saya sarankan jangan mencintainya. Kalau dia kaya karena usaha sendiri, nah ini baru namanya cowok sejati. Mungkin anda pernah mendengar:

“Pemuda itu adalah yang mengatakan bahwa ini lah saya, bukan yang mengatakan ini lah bapak saya”.

Guru saya pernah berkata seperti ini (semoga Allah merahmati beliau):

“Orang miskin itu lebih siap menjadi kaya, sebaliknya orang kaya tidak siap menjadi orang miskin”.

Contohnya seperti ini (ini baru satu contoh), orang kaya itu biasa tidur di atas ranjang, kalau misalnya dia tiba-tiba miskin dan tidur di atas lantai, bisa-bisa dia malah sakit. Nah sebaliknya kalau orang miskin tiba-tiba kaya, mau tidur di atas ranjang atau lantai sama saja.

Saran saya: cintai lah orang yang memulia hidupnya dari nol, karena dia lebih banyak belajar dari hidup. Saya bukan melarang anda mencintai orang kaya, tapi selama dia tidak bergantung pada orang tuanya, silahkan saja.

Ke-tiga, Keturunan baik-baik.

Masalah keturunan, masalah masa lampau. Cintai lah seserorang dengan kondisi dia sekarang, apa adanya. Ada sebuah hadist yang cukup menarik:

“Setiap keturanan Adam itu (pernah) bersalah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah mereka yang bertaubat”.

Tuhan melihat semua akhir, dan bukan awal, makanya dalam agama kita mengenal istilah “Husnul Khatimah” (bukan nama orang, ini artinya akhir yang baik). Tuhan tidak pernah melihat masa lampau, selama dia mau bertaubat sekalipun dia dari keturunan perampok atau penjahat atau pelacur sekalipun, kita harus bisa menerimanya.

Kasih sayang Tuhan lebih besar dari pada setiap dosa yang mereka lakukan, dan Tuhan Maha menerima setiap taubat hamba-Nya.

Ke-empat, Agama.

Dari ketiga sebab di atas agama menjadi, yang dalam konteks hadistnya, adalah yang menjadi prioritas utama.

Saya katakan:

“Masalah agama, agaknya cukup sulit, agama adalah masalah yang sangat pribadi, masalah agama yang tahu hanya Tuhan dan pribadi tersebut, sulit orang lain mengetahuinya, yang kita lihat hanyalah kulitnya saja, dan kita tidak tahu isinya”.

(mungkin saya akan membahas pernyataan di atas lebih mendalam pada tulisan berikutnya, judulnya “memanfaatkan Tuhan”).

Agama sebagai sebab utama, menurut saya susah untuk dijadikan sebab. Belum lagi beberapa tahun terakhir ini banyak ajaran agama yang menyimpang, susah mengenal mana yang benar dan mana yang salah (mungkin saya akan membahas masalah agama lebih mendalam pada tulisan berikutnya, judulnya “Kamu itu Islam yang mana?”).

Sebagai penutup tulisan saya, saya ingin bertanya:

“Cinta boleh buta, tapi hati jangan sampai buta, mulai lah sebuah cinta dengan hati. Jangan menulainya dengan sebab, saya tanyakan kepada Anda, apakah Anda yang mencintai seseorang karena dia tampan/cantik atau kaya atau baik atau agamnya bagus, dan suatu ketika tiba-tiba Tuhan mengambilnya, masihkan Anda mencintainya? Semua bisa terjadi, dan disaat itu lah ketulusan cinta Anda diuji”.

Tidak ada komentar: