Sabtu, 22 Maret 2008

Mengapa Tuhan menciptakan Hawa?

Ini pertanyaan bagus. Pertanyaan yang perlu direnungkan. Saya mendapat pertanyaan ini dari salah seorang teman saya. Dia bertanya seperti ini:

"Adam sudah tinggal di surga, semua kenikmatan katanya ada di situ, bidadari juga ada. Trus apa yang kurang. Kenapa Tuhan harus menciptakan Hawa lagi?"

Kalau saya katakan:

"Hidup itu ga akan sempurna bila kita tidak memiliki seorang wanita di samping kita. Jangankan segala kenikmatan yang ada di dunia, kenikmatan yang ada di surga saja masih terasa kurang bila wanita itu tidak ada".

Bagi kaum Hawa, bersukurlah kalian, para kaum Adam ga akan merasa bahagia tanpa kalian, surga bisa kalah oleh kalian. Entah apa rahasia yang tersembunyi dari kalian kaum Hawa. Kalian melampaui surga, kalau saya katakan:

"Kalian (kaum Hawa) adalah kebahagiaan yang sebenarnya yang dicari oleh kaum Adam. Bukan kebahagian surga. Bidadari surga kalah oleh kalian. Kalian adalah puncak kebahagiaan".

Suatu hari saya pernah baca kumpulan puisi "Tuhan telpon aku dong", salah satu dari kumpulan puisi itu kurang-lebihnya bunyinya seperti ini:

"... Tuhan menciptakan Hawa agar Adam ga onani. Tuhan Maha ada-ada saja... "

Saya lupa penggalan kalimat aslinya. tapi kurang-lebihnya seperti itu. Ya.. mungkin itu salah satu pendapat kaum Adam mengapa Tuhan menciptakan Hawa.

O ia, sebagai penutup pembahasan ini, saya ingin menuliskan sebuah puisi dari Y. Thendra BP:

Tuhan telpon aku dong

Tuhan sesekali telpon aku dong
biar aku tahu di mana kau sungguh.
jangan pakai sljj apalagi sli, yang dekat saja,
lokal cukuplah.
kalau engkau nilpon pakai sljj apalagi sli
betapa jauhnya engkau dariku.
habis, setiap kali kucalling engkau
acap kali mailbox atau terdengar suara mendayu
bidadari entah,” …. Tuhan yang anda hubungi sedang
sibuk, tunggulah beberapa saat lagi
…”
memang dosaku banyak, untuk itu aku pinta
ampunanmu. kalau engkau tak sudi: wah
pada siapa lagi aku akan meminta.

Tuhan telpon aku dong
tak usah lama-lama, sedetik cukuplah.
dan hidupku akan sempurna.

Yogyakarta, Januari 2003

Untuk tulisan selanjutnya, mungkin puisi di atas layak untuk kita renungkan. Sampai di sini dulu, udah malam, saya mau tidur. Terimakasih sudah membaca tulisan saya.

Tidak ada komentar: